Hanoi (VNA) – Bahasa Indonesia
Awal Dan dana modal ventura mengalirkan lebih banyak modal ke Vietnam, khususnya Digital Teknologi, karena Persatuan Dalam lingkungan bisnis antara kedua negara, baiklah kamu (Investasi) surat kabar melaporkan.
East Ventures yang berbasis di Jakarta telah berpartisipasi dalam putaran pendanaan $ 2,7 juta dari Vietzetora, sebuah startup media digital Vietnam, pada akhir Agustus.
Surat kabar itu mengutip Melissa Irene, mitra di East Ventures, yang mengatakan itu adalah investasi keempat perusahaan di Vietnam. Sebelumnya telah berinvestasi di co-working place Circo pada 2018, Sento pada 2019 dan Kim Ann pada 2020.
Kesamaan ekosistem awal Vietnam dan Indonesia menyebabkan pencarian peluang di bidang potensial seperti ruang kerja bersama, kredit, perdagangan, dan media, kata Irene.
IndonesiaKentivo Vietnam baru-baru ini mengumumkan kehadirannya di Vietnam dalam kemitraan dengan Phoenix Holdings, yang memiliki portofolio beragam di sektor konsumen, jasa keuangan, ritel dan teknologi untuk menciptakan JSC.
Menurut Managing Director Credito Valerie Crotas, peluncuran Credivo di Vietnam, pasar pertama di luar Indonesia, akan menjadi tonggak pencapaian bisnis tahun ini.
Rendahnya penetrasi kartu kredit di negara Vietnam dan menjadi pilihan logis bagi kelas menengah yang tumbuh cepat, katanya.
Krotas mencatat pasar e-commerce yang tumbuh cepat dan kesamaan populasi dan pola konsumsi di Indonesia.
Credivo bukan hanya start-up Indonesia, tapi sudah masuk ke Vietnam. Kozek unicorn pertama di Indonesia, memperluas operasinya di negara ini. Perusahaan rintisan ini meluncurkan layanan penyembuhan roda empat GoCar di HCM City untuk melayani petugas kesehatan primer. Perusahaan berencana meluncurkan layanan pembayaran nontunai pada akhir tahun ini.
J&T Express, unicorn Indonesia lainnya, sedang membangun kehadirannya di Vietnam untuk memenuhi permintaan distribusi e-commerce. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini memiliki lebih dari 1.900 kantor pos di seluruh Indonesia.
Irene, pemilik East Ventures, mengatakan kota-kota besar di Vietnam dan Indonesia, seperti Jakarta, Hanoi, dan HCM City, telah mendorong adopsi digital, dan mereka dapat menggunakan karakteristik ini untuk memprediksi arah penuangan investasi ke sektor-sektor potensial.
“Kami pikir ekonomi digital Vietnam mungkin 3-4 tahun di belakang Indonesia, tetapi kesenjangan itu bisa ditutup relatif cepat,” katanya.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters