Kesepakatan untuk membangun smelter alumina senilai US$831,5 juta di Indonesia mungkin terancam, menurut dengar pendapat legislatif, Selasa. Namun, masih ada dorongan untuk menyelesaikan proyek pada tahun 2024.
Menurut direktur MIND ID Danny Praditya, perusahaan perlu memiliki kontrak pada bulan depan untuk memastikan proyek tetap sesuai jadwal. Saat ini PT Pembangunan Perumahan, China Aluminium International Engineering Corp Ltd (CHALIECO), dan beberapa kontraktor lain yang terlibat dalam proyek tersebut berselisih soal nilai kontrak dan berbagai item pekerjaan.
Sementara itu, Direktur Borneo Alumina Darwin Saleh Dia berkata Penundaan telah merugikan proyek ratusan juta dolar.
“Sejauh ini ada penundaan 16 bulan, yang kami perkirakan kehilangan pendapatan $450 juta.”
Proyek ini diluncurkan pada tahun 2020 dengan tanggal penyelesaian yang direncanakan tahun ini. Namun, ketidaksepakatan perjanjian saat ini telah mendorong tanggal itu mundur dua tahun penuh. Praditya bersaksi kepada panel bahwa kontraktor telah meminta tenggat waktu 2025, tetapi Borneo Alumina terus bersikeras pada tawaran yang disepakati sebelumnya pada 2024.
Proyek yang ditujukan untuk Kalimantan Barat ini memiliki kilang alumina 1.000 metrik ton per tahun, yang diperkirakan akan mempekerjakan hampir 900 pekerja. MIND ID mengharapkan pendapatan US$285 juta setiap tahun dengan laba tahunan US$4,6 juta.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters