Sebuah tonggak sejarah yang menggembirakan dalam industri penerbangan Indonesia, Garuda Indonesia meluncurkan pesawat komersial pertamanya yang menggunakan bahan bakar jet berbahan bakar minyak sawit. Pesawat Boeing 737-800NG memulai perjalanan dari Jakarta menuju Surakarta dengan menempuh jarak kurang lebih 550 km (342 mil). Pencapaian ini mencerminkan komitmen negara ini dalam mengeksplorasi bahan bakar alternatif dan berkelanjutan untuk penerbangan.
Sebelum momen menakjubkan ini, Garuda melakukan uji coba yang ketat, termasuk uji terbang dan uji darat mesin. Bahan bakar jet campuran minyak sawit yang digunakan dalam pesawat bersejarah ini diproduksi oleh perusahaan energi negara PT Pertamina menggunakan teknologi ester terhidroproses dan asam lemak (HEFA), dikombinasikan dengan minyak inti sawit yang diputihkan dan dihilangkan baunya.
Minyak kelapa sawit menjadi kontroversi karena kekhawatiran mengenai deforestasi yang terkait dengan produksinya. Namun, negara-negara produsen minyak sawit utama telah menyerukan agar minyak sawit dimasukkan sebagai bahan baku produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF). Hal ini karena bahan bakar yang berasal dari kelapa sawit mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan bahan bakar fosil, hal ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi jejak karbon penerbangan.
Para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2050, sektor penerbangan akan membutuhkan sekitar 450 miliar liter SAF, yang merupakan sekitar 65% dari keseluruhan upaya mitigasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan net-zero. Meskipun Uni Eropa memiliki keraguan mengenai impor minyak sawit karena risiko deforestasi, penelitian yang dilakukan Indonesia terhadap bahan bakar jet yang dicampur dengan minyak sawit menunjukkan potensi keberlanjutan dalam industri minyak sawit.
Pertanyaan yang Sering Diajukan:
T: Bagaimana bahan bakar jet yang dicampur dengan minyak sawit mengurangi emisi gas rumah kaca?
J: Bahan bakar jet campuran minyak sawit mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan bahan bakar fosil, sehingga membantu mengurangi jejak karbon industri penerbangan.
T: Mengapa ada kontroversi mengenai minyak sawit?
J: Produksi minyak sawit dikaitkan dengan deforestasi, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap lingkungan.
T: Negara manakah yang memproduksi bahan bakar jet yang dicampur dengan minyak sawit yang digunakan dalam pesawat terbang?
J: Bahan bakar yang digunakan dalam bahan bakar jet campuran minyak sawit pertama di Indonesia diproduksi oleh perusahaan energi negara PT Pertamina.
T: Apa itu Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)?
J: Bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari sumber terbarukan yang dirancang untuk memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar jet tradisional.
bukti:
– [insert source if available]
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters