Pandemi COVID-19 menggarisbawahi perlunya negara-negara menerapkan dan mengembangkan kompetensi inti IHR untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional di tingkat nasional dan subnasional. Dengan keanekaragaman hayati yang luas dan jaringan perjalanan internasional, Indonesia menghadapi risiko penyakit menular (PIE) yang semakin besar.
Untuk mengatasi hal ini, negara ini melaksanakan JEE pertamanya pada tahun 2017. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan paling kritis dalam sistem kesehatan manusia dan hewan di Indonesia, dengan memprioritaskan peluang untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap darurat kesehatan masyarakat.
Memanfaatkan pembelajaran dari pandemi COVID-19, Indonesia bertekad untuk meningkatkan layanan kesehatannya dan telah melaksanakan JEE kedua pada tanggal 16 hingga 20 Oktober 2023. Evaluator dari Bermuda, Perancis, India, Italia dan organisasi internasional mengunjungi fasilitas di Jakarta dan Yogyakarta. Peran penting dalam menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat. Diantaranya adalah laboratorium kesehatan hewan, laboratorium rujukan, rumah sakit rujukan, pintu masuk dan pusat koordinasi dan bedah darurat. Para ahli mengamati fasilitas tersebut dan mendiskusikan operasi, kekuatan dan tantangannya. Tim JEE mengkaji dan mendiskusikan bukti-bukti tersebut di bawah bimbingan lebih dari 120 pakar Indonesia dari kementerian, departemen, dan lembaga terkait serta memiliki latar belakang multidisiplin yang beragam. Pemangku kepentingan utama pembangunan berpartisipasi dalam JEE sebagai pengamat.
Kunjungan lapangan ke Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Tangsel, Bandon pada saat kunjungan lapangan IHR JEE. Kredit: BATAN
“Sejak JEE pertama dan pembelajaran dari pandemi Covid-19, Indonesia terus meningkatkan kesehatan dan meningkatkan kompetensi inti untuk memberikan akses, layanan, dan layanan kesehatan yang lebih terjangkau bagi seluruh warga negara Indonesia. JEE penting dalam menganalisis dan menutup kesenjangan dalam pencegahan , deteksi dan respon cepat terhadap ancaman kesehatan masyarakat.” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan. Kunta Vibhava menyampaikan pidato pembukaannya.
IHR JEE mengakui respons Indonesia yang efektif terhadap pandemi COVID-19, dengan menyoroti upaya-upaya seperti pembentukan satuan tugas, pengawasan yang kuat, pelacakan kontak secara luas, upaya vaksinasi, dan pengembangan rencana respons yang komprehensif. Komite mengakui pencapaian dalam implementasi IHR, termasuk perkembangan legislatif, penciptaan dana pengumpulan bencana dan pembentukan kerangka kerja bencana multisektoral. Para peserta berdiskusi tentang efisiensi dan kualitas sistem kesehatan berkat integrasi aplikasi SATU SEHAT dan telemedis. Kemajuan Indonesia dalam pencegahan dan pengendalian infeksi, khususnya melalui pembentukan Satuan Tugas Komunikasi Risiko Multidisiplin dan Keterlibatan Masyarakat (RCCE), menjadi sorotan. Selain itu, para evaluator memuji kepemimpinan Indonesia dalam mendorong layanan kesehatan, kesiapsiagaan menghadapi pandemi, dan pendekatan kesehatan di platform internasional seperti G20 dan ASEAN.
“Kami sangat menghargai upaya besar yang dilakukan dalam penerapan kompetensi inti IHR di seluruh negeri. Upaya ini menjadi pembelajaran berharga, dan mekanisme koordinasi di berbagai sektor, mulai dari fasilitas layanan kesehatan nasional hingga primer, sungguh terpuji. Bersama-sama, kita telah mengidentifikasi kekuatan dan menguraikan jalur untuk perbaikan berkelanjutan, mengembangkan kesiapsiagaan dan ketahanan terhadap ancaman yang muncul dan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional,” kata Karen Slitter, Ketua Panel Pakar.
Presentasi Panel Teknis selama IHR JEE. Kredit: WHO/Endang Widuri Wulandari
Panel evaluasi merekomendasikan Indonesia untuk meningkatkan efisiensi, memungkinkan inovasi, mengembangkan perbaikan berbasis bukti, dan memperluas serta mempercepat transformasi digital di sektor kesehatan. Selain akreditasi fasilitas dan pelayanan serta regulasi yang seragam untuk menjamin cakupan dan kualitas yang optimal, rekomendasi lainnya antara lain melakukan standarisasi dan perbaikan pemetaan sumber daya untuk implementasi IHR, menetapkan mekanisme peninjauan kolaborasi antarsektor, peninjauan Rencana Aksi Nasional Pelayanan Kesehatan (NAPHS). ). ), dan mengintensifkan peningkatan kapasitas dan koordinasi IHR. Selain itu, Indonesia disarankan untuk menetapkan mekanisme operasional untuk pencegahan zoonosis dan PIB, mengembangkan peta jalan untuk mengurangi risiko dalam rantai perdagangan satwa liar, dan memperluas pelatihan staf untuk program kesehatan penting, termasuk penyakit zoonosis.
Masukan yang berharga untuk revisi NAPHS dan Rencana Aksi Daerah untuk Pelayanan Kesehatan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang Nasional Indonesia serta rekomendasi khusus untuk setiap bidang teknis dari JEE. Peningkatan kemampuan inti IHR Indonesia tidak hanya akan mengarah pada kesiapan layanan kesehatan yang lebih baik, namun juga meningkatkan ketahanan dan kesiapan negara dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat di Indonesia.
Sejumlah besar pakar internasional berpartisipasi dalam IHR JEE. Kredit: WHO/Endang Widuri Wulandari
Tindakan ini didanai oleh Uni Eropa.
Ditulis oleh Dr Endang Viduri Vulantari, National Professional Officer (Epidemiolog) WHO Indonesia.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters