JAKARTA (Reuters) – Menteri Senior Kabinet Indonesia pada Selasa memperingatkan perusahaan yang beroperasi di wilayah kaya nikel untuk mematuhi peraturan lingkungan negara atau berisiko dicabut izin operasinya.
Indonesia bertujuan untuk mengubah cadangan nikelnya yang sangat besar menjadi pusat manufaktur regional untuk baterai kendaraan listrik, dengan menandatangani lebih dari selusin kesepakatan senilai $15 miliar dengan pabrikan global termasuk Hyundai, LG dan Foxconn dalam tiga tahun.
Tetapi para pecinta lingkungan telah memperingatkan untuk tidak mewujudkan ambisi tersebut melalui penambangan dan pengolahan mineral, yang menurut mereka dapat merusak lingkungan secara permanen seperti yang disaksikan di bagian lain negara kaya sumber daya tersebut.
“Anda harus mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Jika tidak bisa, saya akan menutup bisnis Anda dalam waktu dua bulan,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bandjaitan.
“Mungkin itu akan mengurangi sebagian pendapatan kami, tapi (kami) tidak ingin mengimbanginya dengan lingkungan yang buruk,” katanya dalam forum ekonomi di Jakarta.
Luhut menunjuk ke kompleks pengolahan nikel terbesar di Indonesia, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di provinsi Sulawesi Tengah, dan mengatakan tim pemerintah telah dikirim untuk menyelidiki keluhan lingkungan dan tenaga kerja yang diajukan di sana bulan lalu.
IMIP tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Dia juga memperingatkan bahwa pemerintah dapat mengambil tindakan terhadap perusahaan yang melanggar norma.
(Laporan Devi Kurniawati; Editing Kanupriya Kapoor)
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters