Malaysia:
Malaysia telah meminta negara tetangganya, Indonesia, dan sekelompok negara Asia Tenggara untuk mengambil tindakan ketika kebakaran di Indonesia memperburuk kualitas udara di seluruh negeri, kata menteri lingkungan hidup Malaysia kepada Reuters pada hari Kamis.
Kualitas udara telah mencapai tingkat tidak sehat di beberapa wilayah Malaysia dalam beberapa hari terakhir, yang menjadi penyebab kebakaran di Kuala Lumpur, Indonesia – dan Jakarta membantah mendeteksi asap yang melayang melintasi perbatasannya ke Malaysia.
Hampir setiap musim kemarau, asap dari kebakaran untuk pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan pulp dan kertas menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia, menimbulkan risiko terhadap kesehatan masyarakat dan mengkhawatirkan operator tur serta maskapai penerbangan. Banyak dari perusahaan yang mengelola perkebunan ini adalah perusahaan asing atau tercatat di luar negeri.
Kebakaran yang menimbulkan kabut asap di seluruh wilayah antara tahun 2015 dan 2019 membakar jutaan hektar lahan dan menghasilkan emisi yang mencapai rekor tertinggi, menurut para ilmuwan.
Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Malaysia Nik Nazmi Nik Ahmad mengatakan minggu ini dia telah mengirim surat kepada menterinya di Indonesia tentang kabut asap.
“Kami telah menyampaikan surat kami untuk menginformasikan kepada pemerintah Indonesia dan mendesak mereka untuk mengambil tindakan mengenai masalah ini,” katanya dalam sebuah wawancara. “Kita tidak bisa kembali ke kabut seperti biasa.”
Ia kembali menegaskan, sebagian besar kebakaran terjadi di Indonesia.
Pemerintah telah mengirimkan surat kepada perusahaan perkebunan milik Malaysia yang beroperasi di Indonesia untuk memastikan mereka mematuhi hukum dan mencegah pembakaran, katanya.
Dia menyerukan tindakan kolektif Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) melalui undang-undang atau perjanjian untuk mengekang kabut asap tahunan.
“Saya yakin setiap negara bisa terbuka untuk mencari solusi, karena kerusakan yang disebabkan oleh kabut asap sangat besar, baik terhadap perekonomian, pariwisata, terutama kesehatan,” ujarnya.
Dia mengatakan Malaysia masih “serius” mempertimbangkan undang-undang seperti Singapura untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas polusi udara.
Namun ada kekhawatiran mengenai apakah Malaysia dapat menghukum para pencemar di luar negeri, katanya.
(Selain judulnya, cerita ini tidak diedit oleh staf NDTV dan diterbitkan dari feed sindikasi.)
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters