Jakarta. Pemerintah pada hari Kamis memberikan petunjuk lebih lanjut tentang rencana proyek smelter yang melibatkan investor Eropa, dengan mengatakan bahwa perusahaan Perancis dan Inggris yang tidak disebutkan namanya telah menyatakan minatnya untuk membangun fasilitas tersebut di Indonesia.
Kementerian Luar Negeri belum lama ini mengungkapkan bahwa beberapa pengusaha Eropa sudah serius melakukan “investasi sangat besar” di sektor hilir nikel Indonesia. Termasuk membangun smelter di dalam negeri. Namun, kementerian menolak mengungkapkan dari Eropa mana para investor yang berminat tersebut berasal. Mereka juga tidak mengungkapkan kemungkinan lokasi pabrik peleburan tersebut.
Wakil Menteri Investasi Noorul Ichwan pada Kamis membenarkan bahwa pembicaraan mengenai proyek nikel memang sedang berlangsung.
“Iya betul soal smelter nikel [investment plans]. Kementerian kami terlibat dalam memfasilitasi investasi ini. Bukan hanya kemitraan antar dunia usaha Eropa, tapi juga akan ada mitra Indonesia,” kata Nurul kepada wartawan di Sikarang.
Namun lagi-lagi Nurul enggan membeberkan nama perusahaan peminatnya.
“Tetapi mereka datang dari Perancis dan Inggris,” kata Nurul seraya menambahkan bahwa Indonesia mungkin memiliki lebih dari dua perusahaan Eropa yang terlibat dalam perundingan.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebagai leverage-nya. Cadangan nikel negara ini setara dengan Australia yang berjumlah 21 juta metrik ton. Dan Jakarta telah berhenti mengekspor bijih nikel mentah. Jadi jika suatu negara ingin menggunakan nikel Indonesia, mereka bisa membangun kilang di Indonesia.
“Jangan lupa, lebih dari 80 persen izin usaha pertambangan nikel di dalam negeri dimiliki oleh dunia usaha di Indonesia. Namun smelter di Indonesia sebagian besar dimiliki oleh asing karena kita tidak memiliki teknologinya,” kata Nurul.
Nurul mengatakan kelimpahan nikel di Indonesia – bahan baku utama produksi baterai kendaraan listrik (EV) – telah menarik perhatian banyak pengusaha Eropa.
“Kalian semua [reporters] Kami juga tahu betapa tertariknya Eropa dalam membuat baterai kendaraan listrik,” katanya sambil menyebutkan proyek investasi Eropa seperti penambang Perancis Eramet dan produsen bahan kimia Jerman BASF.
Awal tahun ini, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan BASF akan bermitra dengan Eramet dalam pembangunan kilang nikel-kobalt senilai $2,6 miliar di bagian utara Maluku.
Inggris dan Prancis merupakan investor asing terbesar ke-11 dan ke-12 di Indonesia pada sembilan bulan pertama tahun 2023, menurut data pemerintah. FDI Inggris berjumlah $290,4 juta, sementara Perancis menginvestasikan sekitar $244,7 juta.
Baca selengkapnya: Kami terbuka untuk semua: Indonesia menolak mendukung investasi Tiongkok
Tag: Kata Kunci:
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters