JAKARTA (Reuters) – Pemerintah Indonesia sedang meninjau rencana untuk menggabungkan maskapai milik negara Garuda Indonesia dan Belita Air dengan perusahaan energi Pertamina untuk memastikan harga tiket pesawat yang terjangkau, kata seorang eksekutif pada hari Selasa.
Rencana itu muncul setahun setelah Garuda mencapai kesepakatan dengan para krediturnya untuk merestrukturisasi utangnya senilai US$9 miliar.
CEO Belita Air Dendy Kurniawan mengatakan kepada Reuters bahwa proyek tersebut sedang ditinjau oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan mengatakan potensi merger akan “memperkuat industri penerbangan” dan memastikan harga tiket yang terjangkau.
Pernyataannya itu muncul setelah Menteri BUMN Eric Tohir dikutip media lokal, Selasa, berencana menggabungkan Belita Air dengan Garuda Group.
Eric mengatakan merger akan membantu mengurangi biaya logistik negara dan meningkatkan ukuran armadanya, yang katanya akan membutuhkan 179 pesawat baru.
Garuda mengoperasikan 101 penerbangan pada bulan Juni, menurut situs webnya. Belita Air mengoperasikan 7 pesawat, kata CEO-nya.
Dirut Garuda Irfan Setiaputra dalam keterangannya, Selasa, mengatakan maskapai sedang membahas merger.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters