Secara total, pemerintah telah menyetujui 191 tambang, termasuk 107 tambang nikel, 12 tambang timah, dan dua tambang tembaga, kata Direktur Jenderal Kementerian Bambang Suswantono.
Alokasi produksi bijih tembaga sebanyak 99,24 juta ton dan bauksit sebanyak 15,88 juta ton telah dikeluarkan.
Bambang mengatakan, kuota produksi tersebut ditetapkan pada tahun 2024.
Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 193,5 juta ton bijih nikel, dan produksi bijih diperkirakan meningkat sebesar 5% hingga 10% tahun ini, kata seorang pejabat pada bulan Januari.
Lebih dari 500 proyek produksi berbagai mineral masih dilaksanakan.
Para pejabat mendorong upaya untuk mempercepat proses tersebut, tetapi juga memohon kepada para penambang untuk segera memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan, tambahnya.
Sebagian besar penambang yang tidak mendapatkan RKAB memiliki royalti pertambangan yang belum dibayar, kata Bambang.
“Kami ditanya mengapa proses RKAP sangat lambat, tapi kami harus bertanya kepada para penambang apakah mereka sudah memenuhi pembayaran royalti mereka,” katanya kepada anggota parlemen.
Kemunduran tersebut mengganggu ekspor pada dua bulan pertama tahun 2024 dan mendorong kenaikan harga nikel dan timah di pasar global.
Sementara itu, pemerintah menyetujui total kuota produksi batu bara tahun ini sebesar 922,14 juta ton, dibandingkan target produksi sebesar 710 juta ton.
(Francisca Nangoi dan Bernadette Cristina; Disunting oleh Kanupriya Kapoor, Janane Venkataraman dan Louis Heavens)
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters