28 November 2023
Jakarta – Indonesia tidak akan menempatkan penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai prioritas utama dalam ambisi pengurangan emisinya, melainkan lebih fokus pada pengendalian emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang akan beroperasi hingga akhir masa operasionalnya, kata pemerintah pada hari Rabu.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan perusahaan listrik milik negara PLN setuju untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara hingga masa operasionalnya berakhir, namun berjanji untuk menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik tersebut. Penghapusan batubara secara bertahap.
Hal ini bertentangan dengan penghentian penggunaan batu bara, sebuah rencana untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut lebih awal dari masa operasionalnya, yang mana pemerintah telah memutuskan untuk bergantung pada ketersediaan dana saat ini.
“Kementerian ESDM dan PLN sepakat untuk memberikan perhatian lebih [other] upaya pengurangan emisi sebagai gantinya [shutting down] pembangkit listrik tenaga batu bara,” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Jisman Hudajulu kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
“Itu [early retirement program] Sekalipun dana tersedia, hal ini akan terus berlanjut jika tidak diintervensi [electricity] Kredibilitas sistemnya,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah memilih untuk tidak terlalu bergantung pada pendanaan internasional.
Zisman menjelaskan, sebelum perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) masing-masing pembangkit berakhir, pemerintah akan perlahan-lahan mengurangi konsumsi listrik dari pembangkit batubara tersebut.
“Kami sudah memiliki armada batu bara berkapasitas 48 GW yang sudah kami sepakati untuk dihapuskan secara bertahap. Kemudian porsinya akan kami kurangi hingga berakhirnya PPA,” ujarnya.
Berdasarkan materi presentasi PLN, pengurangan emisi meliputi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), pembakaran bersama hidrogen, dan penggunaan amonia.
Baca selengkapnya: Proyek penghentian penggunaan batu bara secara bertahap menerima dana JETP yang sangat sedikit
Sebelumnya, Kementerian ESDM dan pemangku kepentingan telah menyiapkan kajian bahwa pada tahun 2030, 15 pembangkit listrik tenaga batu bara dengan total kapasitas 4,8 GW akan ditutup sebelum masa operasionalnya.
Namun, hal ini didasarkan pada ekspektasi bahwa Indonesia akan mempertahankan lebih dari US$20 miliar dari komitmen iklim Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) untuk mendanai rencana pensiun dini. Namun, setelah berbulan-bulan melakukan negosiasi yang rumit, proyek ini hanya menerima sedikit komitmen finansial dari inisiatif tersebut.
Menurut rancangan rencana investasi, hanya sekitar $1,5 miliar dari $21,5 miliar yang dijanjikan untuk JETP Indonesia yang akan dialokasikan untuk penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara di negara ini.
Kurangnya pendanaan ditambah dengan kecilnya subsidi untuk program ini menjadikan penerapan program pensiun dini di Indonesia menjadi tantangan, kata para ahli.
Direktur Utama PLN Dharmawan Prasodjo mengatakan rencana penghentian penggunaan batu bara akan dibarengi dengan percepatan pengembangan energi terbarukan.
Dalam skenario ini, pemodelan PLN menargetkan 75 persen listrik Indonesia berasal dari sumber energi terbarukan dan 25 persen sisanya dari pembangkit listrik tenaga gas dan batu bara pada periode 2031-2040.
Energi terbarukan ditetapkan untuk menghasilkan daya beban dasar sebesar 31 GW, yaitu listrik yang dihasilkan untuk penggunaan sehari-hari di luar kebutuhan darurat dan puncak yang saat ini dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas.
Hal ini dipilih dibandingkan skenario lain yang dikembangkan oleh PLN, yaitu penghentian penggunaan batu bara secara dini dan pengembangan energi terbarukan yang lebih dipercepat.
“Ternyata [under the scheme with coal retirement] Permintaan beban dasar energi terbarukan mendekati 84 GW; Biayanya sangat tinggi dan pengoperasian komputer tidak memungkinkan. Biaya modalnya juga sangat tinggi,” kata Dharmawan kepada anggota DPR VII yang membawahi energi dan sumber daya mineral, Rabu.
Berdasarkan rencana yang dipilih, emisi dari sektor ketenagalistrikan diproyeksikan mencapai 334 juta ton karbon dioksida pada tahun 2030, menurut presentasi PLN.
Jumlah ini lebih besar dari 290 juta ton yang awalnya disetujui dalam proyek JETP oleh International Partners Group (IPG), yang mencakup Indonesia, Amerika Serikat, dan Jepang.
Baca selengkapnya: Pemerintah menerbitkan skema JETP untuk ditinjau
Fabi Tumiva, direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) mengatakan. Pos Jakarta Pada hari Jumat, dia menyesali perubahan tersebut.
“Standing batubara dan pengurangan kapasitas pembangkit batubara tidak akan signifikan dibandingkan dengan penghapusan batubara secara bertahap,” katanya.
Mengabaikan rencana pensiun pembangkit listrik tenaga batu bara malah akan menghalangi PLN mendapatkan pendanaan baru yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik energi terbarukan pada tahun 2024-2034.
kata Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adikuna. Surat Pada hari Jumat, setelah masa transisi, pemerintah harus menilai risiko hilangnya peluang investasi yang disebabkan oleh ketidakmampuan PLN untuk mengintegrasikan lebih banyak energi terbarukan ke dalam jaringan listriknya.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters