Seorang eksekutif puncak mengatakan Komisi Investasi Indonesia (INA), dana kekayaan negara yang baru didirikan, memprioritaskan struktur tata kelola yang baik di pusat strategi investasinya.
Chief Risk Officer INA Marita Aliszapana mengatakan kepada DealStreetAsia dalam sebuah wawancara, “Semuanya harus melalui proses yang nyata. Ada banyak [targets], Tentu saja, untuk membuat kesepakatan, tetapi kita harus melakukannya dengan tata kelola yang baik [framework] Dan pendapatan yang disesuaikan dengan risiko”.
Diluncurkan pada Februari tahun ini, INA telah melakukan satu investasi sejauh ini dan saat ini menerapkan 50 kesepakatan.
INA mengumumkan partisipasinya dalam penawaran umum perdana perusahaan telekomunikasi Mitratel, yang mengumpulkan $ 1,3 miliar pada bulan November, menjadikannya IPO terbesar kedua di negara itu tahun ini. Meski INA tidak membeberkan jumlah investasi dalam IPO tersebut, dilaporkan berada di kisaran $500-$800 juta.
Menjelang tahun pertamanya INA, pemerintah sedang menjalani perekrutan yang lambat, mengganggu rencana Presiden Joko Widodo untuk mendatangkan investasi untuk membantu mengurangi defisit anggarannya. Ali Zahbana, bagaimanapun, puas dengan kemajuan dana tersebut karena mengutamakan praktik kehati-hatian.
Sovereign Wealth Fund terbaru di Asia Tenggara dibentuk dengan mandat untuk membawa investasi ke negara tersebut guna mendanai proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan, dan INA terbuka untuk berinvestasi di berbagai sektor, mulai dari transportasi hingga kesehatan hingga teknologi. “Saya tidak berpikir kami membatasi diri pada infrastruktur,” kata Alizjabana.
Di luar infrastruktur, INA mungkin juga melihat lingkungan start-up teknologi yang muncul di negara itu untuk menciptakan tantangan investasi. Ali Zahbana mengatakan SWF “terbuka untuk mendukung unicorn” tetapi menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Indonesia memiliki 13 unicorn, enam di antaranya telah ditandai tahun ini, termasuk Fintech Startup Credivo, Payment Gateway Xenitid, dan Wealth-Tech Startup Ajayb. Negara ini mengharapkan untuk mencapai lebih dari $ 1 miliar dalam peringkat, termasuk video platform over-the-top, Beauty Startup Social Bella dan rantai kopi Janji Jiva.
Kutipan yang diedit dari wawancara: –
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters