November 21, 2024

Bejagadget

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta Beja Gadget, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta yang diperbarui.

Daya Tarik AI Indonesia: Biaya Energi Rendah, Kebijakan Menguntungkan

ANN/THE JAKARTA POST – Indonesia telah menjadi tujuan utama investasi kecerdasan buatan (AI) di Asia Tenggara, berkat biaya listrik yang rendah dan peraturan yang baik, menurut pakar industri teknologi.

Meskipun infrastruktur AI terkonsentrasi di pusat-pusat teknologi yang sudah mapan seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, Indonesia memiliki potensi kuat untuk menjadi tuan rumah pusat data dan mengembangkan aplikasi AI. “Saya yakin Asia Tenggara kurang berperan dalam hal pembangunan infrastruktur AI. Malaysia dan Indonesia adalah pusat investasi karena kedua negara ini memiliki biaya listrik terendah di Asia,” kata Esther Wong, pendiri dan CEO perusahaan modal ventura 3Cap, di diskusi panel pada konferensi Tech in Asia baru-baru ini di Jakarta.

Selain energi yang terjangkau, Indonesia juga menyerukan ‘sikapnya yang sangat ramah’ terhadap investasi asing langsung.

Selain garis pantainya yang luas, negara ini juga mempunyai potensi untuk menyediakan energi berkelanjutan dari sumber-sumber seperti tenaga gelombang, yang dapat membantu meringankan beban energi pusat data AI, kata Wong.

Raksasa teknologi telah berinvestasi lebih dari US$55 miliar di wilayah ini sejak tahun 2023, menurut data Tech in Asia pada bulan Juli dan investasi terbaru oleh Oracle di Malaysia.

Namun, hanya USD1,9 miliar yang disalurkan ke bisnis terkait AI di Indonesia, yaitu USD1,7 miliar dari Microsoft dan USD200 juta dari Nvidia.

Kemampuan untuk menyediakan listrik berbiaya rendah untuk infrastruktur teknologi informasi (TI) seperti pusat data sangat penting dalam pengembangan AI dan memungkinkan aplikasi berbasis AI.

Karena pusat data mengonsumsi sejumlah besar energi untuk pemrosesan, penyimpanan, dan sistem pendinginan data, aplikasi AI menjadi sangat menuntut dalam hal sumber daya komputasi dan energi.

READ  Economic Update Indonesia: Tingkat pertumbuhan 5,72% tercatat di Q3-2022

Namun, harga listrik di Indonesia tidak kompetitif, yaitu 11 hingga 12 sen per kilowatt-hour (kWh), dibandingkan dengan tarif yang lebih rendah di Malaysia yaitu delapan sen per kWh, kata industri pusat data sebelumnya.

Meskipun kawasan ini memiliki potensi untuk menarik investasi dalam infrastruktur AI, para ahli yakin Asia Tenggara akan fokus pada pengembangan solusi perangkat lunak AI yang praktis dibandingkan model AI yang dibuat di AS dan Tiongkok.

Zia Zaman, general manager Microsoft Ventures, cabang modal ventura perusahaan teknologi tersebut, berpendapat bahwa pengembangan AI di kawasan ini lebih pragmatis dan fokus pada keuntungan dibandingkan penelitian. Dia menekankan pentingnya melihat lebih dari sekadar aplikasi yang dapat diakses oleh konsumen, namun juga bagaimana AI dapat memberdayakan bisnis untuk beroperasi lebih efisien.

“Ini akan menjadi hal yang praktis; Profitabilitas akan lebih cepat, dan operasional bisnis-ke-bisnis menjadi lebih mudah,” kata Zaman. “Jangan hanya memikirkan bisnis-ke-konsumen saja, kawan rumah.

Wesley Day, pimpinan perusahaan investasi East Ventures, menyatakan keyakinannya terhadap kemampuan kawasan ini dalam mendorong kemajuan AI, khususnya pada tingkat aplikasi.

Perusahaan rintisan di wilayah ini semakin banyak yang mengadopsi model sumber terbuka dan model bahasa besar (LLM) untuk mengembangkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal, terutama di sektor perangkat lunak sebagai layanan (SaaS).

Menggarisbawahi peran data dalam membedakan solusi AI di Asia Tenggara, dia berkata, “Aplikasi ini bergantung pada kemampuan mengumpulkan data yang diperlukan untuk melatih data kontekstual pada model sumber terbuka atau sumber tertutup.

Foto: ENVATO
General manager Microsoft Ventures Zia Zaman berbicara dalam diskusi panel di konferensi Tech in Asia di Jakarta, Indonesia. Foto: Jakarta Post