November 20, 2024

Bejagadget

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta Beja Gadget, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta yang diperbarui.

‘Biarkan aku mati di sini’: Mengapa penduduk Rembang menolak penggusuran untuk proyek yang didukung Tiongkok

Ada yang melibatkan investasi Tiongkok di Sulawesi, seperti pertambangan nikel, namun ada pula yang tidak.

Dia misalnya mencontohkan tambang andesit di Watas, Jawa Tengah, yang kontroversial sejak 2019.

Andesit akan digunakan untuk membangun bendungan sekitar 12 km dari lokasi, namun beberapa penduduk setempat menentangnya karena percaya bahwa hal tersebut akan merusak lingkungan.

Dia juga mencontohkan Sirkuit Mandalika di Pulau Lombok di mana penduduk desa dievakuasi untuk proyek tersebut.

Direktur Amnesty International untuk Indonesia, Osman Hamid, mengatakan bahwa rencana strategis nasional adalah akar dari meluasnya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

“Hal ini mencerminkan ambisi pertumbuhan ekonomi yang tidak ramah terhadap hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan energi terbarukan.

Oleh karena itu, kami mendesak pemerintah untuk menghentikan implementasi rencana strategis nasional yang dibuat tanpa studi kelayakan lingkungan hidup bersih dan sehat serta dampaknya terhadap hak asasi manusia, ujarnya.

Menurut Bapak Rony Septian, Ketua Kebijakan dan Advokasi Aliansi Reforma Agraria Masyarakat Sipil (KPA), konflik-konflik tersebut muncul karena skema-skema tersebut hanya menguntungkan pengusaha dan bukan kepentingan rakyat.

Antara tahun 2020 hingga 2023, tercatat setidaknya ada 73 konflik pertanian yang melibatkan rencana strategis nasional.

Selama sembilan tahun terakhir masa jabatan Presiden, ketika ia mendorong proyek infrastruktur besar-besaran, KPA mencatat 2.701 konflik pertanian dibandingkan dengan 1.770 konflik pada masa pemerintahan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Mdm Suraya Afiff, antropolog Universitas Indonesia, mengatakan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), penggusuran masyarakat adat tidak diperbolehkan.

Oleh karena itu, menurut PBB, hal tersebut dapat digolongkan sebagai pelanggaran berat, ujarnya.

“Berdasarkan hukum internasional, pemindahan paksa seperti itu dapat diklasifikasikan sebagai genosida.”

READ  Kontribusi Indonesia yang lebih besar diharapkan