Terlepas dari kesulitan yang dihadirkan selama dua tahun terakhir, daya saing digital di wilayah di seluruh Indonesia terus menunjukkan tren positif, sebuah studi baru-baru ini oleh East Ventures, sebuah perusahaan modal ventura sektoral yang berinvestasi di perusahaan rintisan teknologi, menemukan. Eastern Ventures – Digital Competitiveness Index 2022 (EV-DCI 2022), sebuah studi yang dilakukan bersama oleh Catadata Insight Center dan PwC Indonesia, menemukan bahwa daya saing digital meningkat sebesar 35,2 poin dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 32,1 pada tahun 2021. 2020
Menurunnya kesenjangan daya saing digital juga terlihat dari nilai spread yang kecil. Selisih EV-DCI 2022 wide range atau skor maksimum provinsi (DKI Jakarta 73,2) dan terendah (Papua 24,9) adalah 48,3, sedangkan pada tahun 2021 dan 2020 masing-masing adalah 55,6 dan 61,9.
Semakin kecil nilai difusi, semakin tinggi daya saing digital provinsi menengah ke bawah. Apalagi, peningkatan daya saing digital dialami banyak provinsi di luar Jawa. Meskipun peringkat 10 besar dengan skor EV-DCI tertinggi masih ditempati oleh Jawa dan Bali, provinsi lain terus menunjukkan pertumbuhan daya saing digital yang baik, kata laporan itu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlanga Hartardo mengatakan digitalisasi dapat memberikan nilai tambah tersendiri di berbagai bidang. “Akselerasi digitalisasi ekonomi menciptakan peluang kesetaraan dan keragaman, serta mendorong peluang dan produktivitas untuk menciptakan nilai tambah,” kata Hardardo.
Pertumbuhan ekonomi digital tidak lepas dari peran pemangku kepentingan di berbagai sektor. Menciptakan dan berkontribusi pada transformasi digital bidang-bidang penting yang terkait dengan operasi sehari-hari seperti logistik, Fintech, Etech, dan Healthtech. Sementara itu, perubahan serupa telah terjadi sebelumnya di sektor pariwisata dan e-commerce. Kajian tersebut menambahkan bahwa komitmen pemerintah untuk mendukung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi digital turut berkontribusi terhadap kinerja.
Contoh penting dari digitalisasi adalah akuisisi barang dan jasa pemerintah dengan sistem e-Catalog. Penanganan dan pemantauan COVID-19 di Indonesia sudah menganut digitalisasi. Pemanfaatan PeduliLindungi dan akses berbagai layanan kesehatan Kementerian Kesehatan berbasis telemedicine dan online.
“East Ventures percaya bahwa percepatan digitalisasi penting dalam membangun ekosistem digital yang kuat, namun, ini hanya dapat dicapai jika semua pemangku kepentingan bekerja sama,” kata Wilson Quaka, salah satu pendiri dan mitra pengelola East Ventures.
Laporan tersebut menambahkan bahwa strategi yang tepat untuk mencapai era keemasan digital di Indonesia dapat diilustrasikan dengan bentuk rumah. Infrastruktur teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) merupakan fondasi dasar yang dibutuhkan lintas sektor dan organisasi. Penguatan infrastruktur TIK memungkinkan digitalisasi di berbagai bidang, sehingga mempercepat terciptanya pemerintahan digital, komunitas digital, dan bisnis digital. Laporan tersebut mengatakan aspek-aspek tersebut perlu diperkuat melalui kebijakan berkelanjutan atau environment, community and governance (ESG) untuk menopang pertumbuhan ekonomi digital jangka panjang.
“Menuju Era Keemasan Digital Indonesia, ada lima aspek yang perlu diperhatikan. TIK mempercepat pertumbuhan infrastruktur, memfasilitasi pengembangan ekonomi digital, mengembangkan manajemen digital yang berfokus pada efisiensi dan transparansi, meningkatkan keterampilan digital dalam mengadopsi teknologi, dan beradaptasi dengan berbagai teknologi. dan keterampilan. Memfokuskan dan menerapkan kebijakan yang berkelanjutan untuk mencapai era keemasan ekonomi digital,” ujar Radju Munusamy, Partner PwC Indonesia.
Foto milik: 123RF
Artikel Terkait:
Lazada Jawa Barat memperkuat ekonomi digital dan mempromosikan bisnis lokal
Ekonomi Internet Indonesia mencapai US$146 miliar pada 2025, bagian dari pengembangan layanan keuangan digital
Studi: Menemukan area pertumbuhan sebagai SEA untuk mengubah US $ 1 triliun menjadi ekonomi digital pada tahun 2030
Perusahaan ASEAN yang ‘kurang digital’ enggan mengejar lebih banyak adopsi digital, kata studi
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters