JAKARTA: Di tengah kehebohan di media sosial mengenai kredensial seorang menteri Indonesia di sebuah universitas ternama, lembaga tersebut berusaha mengklarifikasi bahwa ia telah memenuhi semua persyaratan administratif dan akademik untuk lulus dengan gelar doktor.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia telah memenuhi “persyaratan publikasi” yang diperlukan agar program penelitiannya dapat lulus, kata Universitas Indonesia (UI) dalam siaran persnya, Senin (21 Oktober).
“(Bapak) Bahlil telah menyelesaikan semua tahapan yang diperlukan untuk seluruh mahasiswa pada jalur penelitian di Sekolah Kajian Strategis dan Global,” kata universitas tersebut dalam pernyataannya, seraya menambahkan bahwa menteri bergabung dengan program tersebut pada tahun 2022.
Media lokal memberitakan bahwa gelar doktor Bahlil pada 16 Oktober menimbulkan kontroversi karena singkatnya waktu yang dibutuhkannya untuk menerima gelar tersebut.
Ia menyelesaikan studinya di Fakultas Studi Strategis dan Global universitas tersebut dalam waktu satu tahun delapan bulan, bukan tiga tahun biasanya.
Pada akhir pekan, profesor hukum UI dan ketua dewan Harkristuti Harkrisnowo mengatakan kepada media lokal bahwa para profesor di universitas tersebut telah membentuk sebuah komite untuk “menyelidiki lebih lanjut dugaan penyimpangan dalam kasus ini.”
Sekelompok alumni UI meluncurkan petisi pada tanggal 17 Oktober di change.org menuntut pembentukan panel independen untuk melakukan penyelidikan penuh terhadap dugaan komersialisasi gelar Bahlil.
Petisi tersebut meminta pembatalan gelar Bahlil – yang menduduki peringkat nomor satu di negara tersebut menurut QS World University Rankings 2024 – jika penyelidikan menemukan bahwa gelar tersebut diberikan dengan melanggar norma-norma yang ada.
Pada tanggal 22 Oktober, petisi tersebut telah mendapat 9.700 tanda tangan.
Sementara itu, gelar doktor yang diraih Bahlil juga memicu kemarahan di media sosial.
“UI sangat disegani karena mampu melahirkan mahasiswa berprestasi bangsa. Pengguna X @kiky_nih berkata pada tanggal 18 Oktober, “Jangan berkompromi hanya demi keuntungan politik.”
“(Pak) Bahlil membuat sejarah dengan meraih gelar doktor di UI dalam waktu dua tahun,” kata pengguna X lainnya @cakkhum, yang postingannya mendapat lebih dari 6.500 interaksi.
UI pada hari Senin menyatakan bahwa Pahlil bukanlah mahasiswa pertama yang lulus dalam waktu kurang dari dua tahun, dan pada saat yang sama memperingatkan masyarakat agar tidak menyebarkan informasi palsu.
“Dari segi lama studi, (Pak) Bahlil yang mulai kuliah pada tahun 2022 sudah menyelesaikan empat semester. Perlu diketahui juga bahwa sebelum Pak Bahlil, UI memberikan gelar PhD kepada mahasiswa Dr Sukeng Purwanto dalam waktu 13 bulan 26 hari…” kata pihak universitas.
“UI berupaya menekankan pentingnya kehati-hatian dan cross check informasi agar masyarakat mendapat informasi yang akurat.”
Sebelumnya, Kepala Humas UI, Amelida Lucia, mengatakan Pak Pahlil telah mengikuti undang-undang universitas yang ditetapkan pada tahun 2016, yang menyatakan bahwa meskipun program doktor dirancang untuk diselesaikan dalam waktu enam semester, namun dapat diselesaikan dalam empat semester. .
“Melalui gelar PhD ini, Pak Bahlil Lahadalia memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang tidak hanya fokus pada pengembangan kebijakan, tetapi sangat berpengalaman dalam pengelolaan sumber daya berkelanjutan,” ujarnya seperti dikutip media lokal Kompass.
Makalah penelitian Pak Bahlil menyoroti perkembangan industri hilir nikel di Indonesia, sambil menekankan ketergantungan industri ini pada tenaga kerja asing untuk mempercepat kemajuan, dan juga menemukan bahwa penggunaan tenaga kerja lokal terkadang dapat memperlambat operasional.
Pak Pahlil dilantik pada tanggal 20 Oktober sebagai bagian dari kabinet “merah putih” Presiden Prabowo Subianto.
Ia menjabat posisi yang sama sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral – mulai Agustus 2024 – di bawah pendahulunya Pak Prabowo, Pak Joko Widodo. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Menteri Investasi negara tersebut mulai April 2021.
Penerbitan Gelar yang Dipertanyakan di Indonesia
Kehebohan mengenai gelar Bahlil terjadi di tengah klaim bahwa akademisi dan politisi telah melanggar etika akademik dengan menerbitkan artikel di jurnal bermasalah untuk mendapatkan jabatan profesor, menurut media lokal The Jakarta Post.
Pada bulan Juli, 11 dosen di Universitas Mangurat Lampung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, terlibat dalam kontroversi setelah seorang pengungkap fakta (whistleblower) yang tidak disebutkan namanya melaporkan bahwa mereka telah menerbitkan dokumen dalam apa yang disebut sebagai publikasi predator.
Publikasi ini biasanya beroperasi dengan basis bayar untuk menerbitkan dengan tinjauan sejawat yang minimal dan tingkat penerimaan hampir 100 persen, dimana jurnal atau penerbit memprioritaskan kepentingan pribadi dibandingkan dengan beasiswa.
Praktik tersebut antara lain menerbitkan setidaknya satu artikel di jurnal akademis sebagai salah satu persyaratan untuk melamar jabatan profesor, BBC Indonesia melaporkan.
Laporan pers media lokal lainnya, Tempo, menuduh para politisi – termasuk Pengurus Partai Gerindra Sufmi Tasco Ahmad dan Ketua Golkar Bampong Sucedeo – mendapatkan gelar profesor dengan menerbitkan artikel di jurnal predator tersebut. Menurut The Jakarta Post, keduanya membantah tuduhan tersebut.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters