Indonesia, salah satu eksportir minyak sawit terbesar, berencana memotong pajak ekspor minyak sawit awal bulan depan untuk mendukung petani di tengah menurunnya permintaan.
Perkembangan ini akan sangat melegakan bagi importir India setelah pemerintah menaikkan bea masuk atas minyak kedelai mentah, minyak sawit mentah, dan minyak bunga matahari mentah menjadi 27,5 persen dari 20 persen.
Selain itu, bea masuk minyak olahan, termasuk minyak sawit, dinaikkan dari 12,5 persen menjadi 35,75 persen.
Produksi minyak sawit di Indonesia diperkirakan akan lebih rendah yaitu 53 juta ton dibandingkan 54,8 juta ton yang tercatat pada tahun lalu. Pada semester pertama tahun ini, produksi turun menjadi 26,2 juta ton dari 27,3 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Ekspor minyak sawit negara ini turun menjadi 15,1 juta ton pada semester pertama tahun ini dari 16,3 juta ton pada tahun sebelumnya karena melemahnya permintaan dari Tiongkok dan India. Tahun lalu, india mengekspor 32,2 juta ton minyak sawit ke India, Tiongkok, Uni Eropa, Pakistan, dan Afrika.
Direktur Luar Negeri Persatuan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia M Fadil Hasan mengatakan bisnis, Pemerintah sedang mempertimbangkan pemotongan bea ekspor untuk meningkatkan pencampuran biodiesel dan mendukung petani yang terkena dampak berkurangnya permintaan ekspor.
Industri ini mengalihkan 10,64 juta ton kelapa sawit tahun lalu untuk produksi biodiesel, yang akan meningkat menjadi 11,5 juta ton tahun ini. Pada bulan Juni, 5,4 juta ton kelapa sawit digunakan untuk produksi biodiesel, katanya.
Pajak dan pajak
Berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini, Indonesia mengenakan bea ekspor tetap dan bea ekspor minyak sawit mentah yang berkisar antara $55 hingga $240 per ton, bergantung pada harga minyak sawit global.
Retribusi ini mempunyai 17 kelompok, dengan tarif pajak terendah ketika harga minyak sawit berada di bawah $680 per ton dan tarif tertinggi ketika harga di atas $1.430 per ton.
Harga minyak sawit meningkat menjadi $1.008 per ton pada bulan Juni dibandingkan $964 per ton yang tercatat pada tahun lalu.
Terkait kenaikan bea masuk yang dilakukan Pemerintah India, ia mengatakan dampak impor akan minimal karena sangat sulit bagi negara tersebut untuk bertahan tanpa impor.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters