Produsen pupuk milik negara PT Pupuk Indonesia berencana membangun dua pabrik metanol di dua provinsi pada tahun 2030 sebagai bagian dari upaya mendukung percepatan implementasi rencana B50 oleh pemerintah.
Rahmat Pribadi, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, mengatakan bahan bakar nabati, khususnya minyak sawit, dicampur dengan bahan bakar fosil untuk menghasilkan B50 yang membutuhkan metanol dan saat ini masih diimpor.
Dalam acara AZEC 2024 pada Rabu, 21 Agustus 2024, Rahmat mengatakan, “Pubuk Indonesia akan meningkatkan industri metanol untuk mengurangi impor metanol dan mendukung proyek B40 atau B35.”
Rahmat mencatat, pembangunan dua pabrik yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Nangro Aceh Darussalam merupakan bagian dari upaya perusahaan membantu pemerintah mencapai tujuan transisi energi.
“Ini merupakan dukungan Bubuk Indonesia terhadap transisi energi bersih. Karena memakan waktu pembangunan, maka pekerjaan konstruksi diharapkan selesai pada tahun 2030,” imbuhnya.
Produksi biodiesel memerlukan pencampuran metanol dengan bahan bakar fosil melalui proses transesterifikasi dua langkah. Pencampuran kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan minyak sawit melibatkan proses transesterifikasi.
Reaksi transesterifikasi pertama memakan waktu sekitar dua jam pada suhu 58-65°C. Awalnya, asam lemak dimasukkan ke dalam tungku dan dipanaskan sampai suhu tertentu.
Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama pemanasan, pengaduk dihidupkan. Setelah reaktor mencapai 63°C, campuran metanol dan KOH dimasukkan, dan waktu reaksi dimulai dari titik ini.
Pada akhir reaksi, terbentuk metil ester dengan laju konversi sekitar 94 persen. Produk didiamkan selama jangka waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester.
Gliserol yang terbentuk di lapisan bawah karena kepadatannya lebih tinggi daripada metil ester dikeluarkan dari reaktor untuk menghindari gangguan pada proses transesterifikasi kedua.
Dengan mendirikan pabrik ini, PT Pupuk Indonesia bertujuan untuk meningkatkan produksi metanol lokal, mengurangi ketergantungan pada impor dan mendukung transisi negara menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters