Apa hubungannya ponsel cerdas Anda dengan serangan buaya? Ini sangat mudah.
Ponsel pintar membutuhkan timah, yang seringkali ditambang secara ilegal di Indonesia. Ketika tambang timah ilegal ditinggalkan, tambang tersebut terisi air. Karena penangkapan ikan dan tekanan manusia lainnya telah mengurangi jumlah mangsa, buaya memasuki perairan terdekat untuk mencari makanan. Serangan buaya akan meningkat.
Itu versi singkatnya. Ini yang panjang.
Setelah kepunahan besar-besaran di Indonesia pada abad ke-20, buaya air asin (Buaya porosus) kini kembali ke pulau-pulau seperti Bali dan Jawa. Serangan buaya telah menjadi masalah yang serius. Ada lebih dari 1.000 serangan dipegang Dalam sepuluh tahun hingga 2023, penyakit ini menyebabkan 486 kematian.
Namun serangan ini tidak merata. Hotspot buaya termasuk Kepulauan Banga-Belitung di lepas pantai tenggara Sumatera. Dan pulau-pulau ini mengandung timah dalam jumlah besar.
Pulau Timah
Provinsi Bangka-Belitung terdiri dari dua pulau bernama besar dan ratusan pulau kecil. Sekitar 1,5 juta orang Tinggal disini. Timah adalah tulang punggung perekonomian.
Timah sangat penting untuk pembuatan ponsel pintar karena digunakan untuk merekatkan berbagai komponen menjadi satu. Indonesia merupakan produsen timah terbesar kedua setelah Tiongkok dan memproduksi sepertiga pasokan timah dunia. dan di Indonesia, Hampir semua Timah – 90% – berasal dari Kepulauan Banga-Belitung.
Pada masa pemerintahan otoriter Soeharto, penambangan timah di sini dikuasai oleh pemerintah pusat. Setelah demokratisasi di Indonesia pada tahun 1998, pemerintah daerah Bangka-Belitung mengambil kendali atas timah. Pada tahun 2001, pemerintah memberikan hak kepada warganya untuk menambang timah. Balon yang dihasilkan merupakan tambang timah ilegal, peningkatan empat kali lipat Dalam waktu tiga tahun setelah disahkannya Undang-undang tersebut.
Dua dekade kemudian, penambangan timah ilegal kini telah memusnahkan sebagian besar timah Keanekaragaman hayati provinsi, khususnya manusia ikan. Ini merupakan pekerjaan yang berbahaya bagi manusia – sekitar 150 penambang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan, termasuk serangan buaya. Ada penambang Juga ditempati Di habitat buaya seperti hutan bakau.
Penambangan timah membuat pemandangannya terlihat seperti bulan. Hewan asli melarikan diri atau mati. Lumpur mencemari badan air. Jumlah ikan semakin berkurang. Dan buaya menjadi lapar. Mereka mulai mencari Mangsa yang berbeda. Anjing. Sapi. Manusia.
Laki-laki yang putus asa, buaya yang putus asa
Penambangan timah ilegal mendekatkan buaya dengan manusia dengan menciptakan habitat baru, meski kualitasnya lebih rendah. Setelah penambang menggali bijih timah dengan tangan, lubang yang tertinggal terisi air sehingga membentuk kolam.Kulong”.
Kulong ini sering ditemukan di dekat perairan sehingga ikan dan hewan mangsa lainnya dapat bertahan hidup di dalamnya setelah banjir. Kolam tambang ini berada lebih jauh ke daratan dibandingkan saluran air alami di pulau-pulau tersebut, sehingga memungkinkan garam mencapai lebih jauh ke daratan. Aligator yang lapar datang untuk mencari ikan, tetapi mungkin juga mengejar anjing atau manusia.
Bukan hanya pertambangan – penggundulan hutan dan perkebunan kelapa sawit sering kali terjadi bersamaan dengan pembuatan saluran drainase. Kanal-kanal ini memudahkan aligator mendekati tempat para pekerja berenang atau memancing.
Semua ini membuat peningkatan tajam serangan buaya hampir tidak bisa dihindari. Perusakan habitat saat menambang di dalam atau dekat saluran air membuat buaya semakin mudah berada di dekat manusia.
Dalam 10 tahun hingga 2023, hampir 100 serangan buaya dilaporkan terjadi di pulau-pulau ini, dan 41 orang meninggal. Dari serangan-serangan tersebut, hampir sepertiga (32%) terjadi di tambang timah yang masih aktif atau bekas, dan seperenam (16,5%) terjadi di tambang pada saat itu.
Sebaliknya, pada dekade yang sama di Queensland, terjadilah Hanya lima Serangan fatal dan 14 serangan nonfatal.
Lanka Chani, pendiri kelompok konservasi satwa liar setempat Yayasan Alofi memiliki dikatakan:
Dulu, dalam setahun kita jarang mendengar adanya serangan buaya, namun kini sudah ada puluhan laporan kasus buaya dalam dua minggu terakhir.
Organisasinya telah menangkap puluhan buaya yang diserang manusia sebagai pembalasan atas serangan buaya. Beberapa dari mereka sedang dimukimkan kembali.
Mengurangi serangan buaya berarti mengakhiri penambangan timah ilegal. Apakah itu mungkin? Ya, tapi itu tidak mungkin. Perusahaan pertambangan timah milik negara, PT Timah, memberikan kondisi kerja yang aman bagi para penambang. Tapi mereka tidak bisa bersaing Pendapatan tambahan dari penambangan ilegal.
Artinya dalam waktu dekat, permintaan timah dunia untuk smartphone akan memiliki harga yang mematikan.
Baca selengkapnya: Buaya air asin perlahan kembali ke Bali dan Jawa. Bisakah Anda belajar hidup bersama mereka?
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters