Jakarta Tujuan Indonesia mencapai emas pada tahun 2045 diperkirakan akan menghadapi tantangan berat, salah satunya adalah meningkatnya jumlah generasi sandwich.
Indonesia akan merasakan bonus populasi dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Puncaknya terjadi pada tahun 2045, dimana pemerintah menyebutnya sebagai Masa Indonesia Emas yang menandai peringatan 100 tahun kemerdekaan.
Namun, tidak semua manfaat yang dapat diperoleh dari bonus populasi terancam secara optimal oleh pembentukan sandwich atau fenomena seperti pembentukan sandwich.
“Di satu sisi mereka berada pada kelompok usia produktif, namun di sisi lain mereka bisa terhambat untuk produktif karena beban yang harus mereka tanggung,” ujar Margaretta Ari Angorovati, dosen Politeknik Statistika, mengutip Kompas.
Generasi sandwich adalah sebutan untuk produsen dengan peran ganda. Selain wajib memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarga, mereka juga harus memenuhi kebutuhan hidup orang tuanya. Kondisi ini diibaratkan isian sandwich yang terjepit di antara dua lapis roti.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 275,77 juta jiwa pada tahun 2022. Dari angka tersebut, penduduk usia kerja (15-64 tahun) mencapai 69 persen, sedangkan penduduk usia non-produktif mencapai 30,74 persen.
Penduduk usia non-produktif mencakup 24 persen penduduk belum mencapai usia produktif (0-14 tahun), dan 6,74 persen penduduk usia non-produktif (65 tahun ke atas).
Sedangkan menurut survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 9-11 Agustus 2022 terhadap 504 responden dari 34 provinsi di Indonesia, persentase generasi sandwich di Indonesia sebesar 67 persen.
Data pembangkitan sandwich tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa tingkatan kelompok ekonomi, dari atas hingga bawah. Produksi sandwich dari kelompok ekonomi atas sebesar 2,7 persen, ekonomi menengah atas 16,3 persen, ekonomi menengah bawah 44,8 persen, dan ekonomi bawah 36,2 persen.
Beban yang ditanggung oleh generasi sandwich dapat menghambat pengembangan peluang bonus demografi.
Bonus penduduk dapat dilihat dari rasio ketergantungan atau dependency ratio, yaitu perbandingan antara penduduk usia non-produktif terhadap penduduk usia produktif.
Rasio ketergantungan akan mencapai 44,67 persen pada tahun 2022, menurut PBS. Dengan kata lain, dari setiap 100 penduduk non-produktif di Indonesia, terdapat 44-45 penduduk produktif yang bergantung pada lansia.
Sedangkan berdasarkan hasil sensus tahun 2020, rasio ketergantungan pada tahun 2025 sebesar 47,7 persen. Angka ini turun menjadi 46,9 persen pada tahun 2030, namun kembali meningkat menjadi 47,3 persen pada tahun 2035.
“Rasio ketergantungan hingga tahun 2035 merupakan peluang besar untuk produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk Indonesia. Namun potensi bonus penduduk yang besar tersebut mungkin terhambat oleh besarnya beban generasi sandwich,” kata Margareta.
Tingginya jumlah generasi sandwich disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketidaksiapan masyarakat Indonesia menghadapi masa pensiun.
Rista Svestika, pakar perencanaan keuangan dari Bina Indonesia, mengatakan 90 persen masyarakat Indonesia belum siap menghadapi masa pensiun karena berbagai alasan, antara lain tidak memiliki cukup dana (86 persen), khawatir bergantung pada keluarga (54 persen), khawatir kehabisan uang. di masa pensiun (77 persen), dan kekhawatiran akan kenaikan gaji (83 persen).
Menurut Rista, jika generasi milenial saat ini tidak pandai mengelola keuangan maka akan tercipta generasi sandwich.
Begitu pula dengan Gen Z yang kini sudah sedikit lebih dewasa, lebih konsumtif karena mengikuti gaya hidup yang akan mengharumkan nama generasi sandwich, kata Rista.
Seperti diketahui, rantai pembangkitan sandwich ini kemungkinan besar akan terus berputar jika tidak dihentikan. Kelompok usia produktif saat ini, jika ingin menjadi bagian dari kelompok generasi sandwich, terancam tidak mampu mengeluarkan potensi terbaiknya.
Dengan begitu, pada tahun 2040, ketika generasi milenial memasuki usia non-produktif, mereka justru akan bergantung pada generasi di bawahnya.
Generasi muda yang kini berusia 16-20 tahun ini akan terancam menjadi generasi sandwich pada tahun 2045 jika keterampilan ekonomi tidak diperkuat lebih lanjut.
Untuk itu, lingkaran atau lingkaran pembuatan sandwich harus diputus dengan berbagai pihak.
Margaretha mengatakan pemerintah harus memberikan program pelatihan dan pendidikan bagi generasi sandwich, jaminan sosial, layanan keuangan dan layanan kesehatan bagi lansia, serta akses terhadap pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak dan remaja yang bergantung pada generasi sandwich.
Dengan bantuan tersebut diharapkan beban generasi sandwich dapat berkurang sehingga dapat lebih produktif dan berdaya saing di masa bonus demografi. Strategi ini akan membantu Indonesia meraih Emas pada tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Jika Indonesia dapat mengkonversi bonus kependudukan menjadi bonus kesejahteraan, hal ini akan ditandai dengan peningkatan pendapatan per kapita di akhir periode bonus kependudukan. Di sisi lain, jumlah generasi sandwich bisa dikurangi.
Tag: bonus demografi muda generasi z indonesia emas 2045
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters