10 Oktober 2023
Jakarta – Penggemar bulu tangkis Indonesia berduka atas kekalahan mereka di Asian Games ke-19 di Hangzhou, Cina, saat tim mereka bersiap untuk pulang dengan tangan kosong. Penampilan buruk menimbulkan keraguan terhadap peluang negaranya meraih medali di Olimpiade Paris kurang dari setahun kemudian.
Ini adalah pertama kalinya dalam 61 tahun Indonesia, yang pernah menjadi salah satu kekuatan bulu tangkis, gagal meraih medali di Asian Games. Rentetan kekalahan tersebut memupus harapan Indonesia untuk membawa pulang 12 medali emas di pesta olahraga regional tersebut. Dengan dua hari menjelang Olimpiade, Indonesia berada di peringkat ke-13 dalam perolehan medali dengan 7 medali emas, lima peringkat di belakang negara tetangga ASEAN, Thailand, yang mengumpulkan 10 medali emas.
Bulutangkis merupakan salah satu olahraga terpopuler di Indonesia dan menjadi kebanggaan bangsa. Tim nasional telah memenangkan penghargaan di banyak kompetisi internasional. Misalnya saja pada Asian Games edisi sebelumnya, mereka berhasil meraih minimal satu medali emas.
Begitu pula sejak olahraga ini menjadi perebutan medali pada tahun 1992, Indonesia selalu meraih setidaknya satu medali emas di Olimpiade bulu tangkis.
Namun pada Kamis malam mimpi itu datang. Harapan Indonesia tetap hidup dengan melaju ke babak perempat final ganda putra, tunggal putra, dan tunggal putri berkat bakat Fajr Alfian/M. Rian Ardianto, Anthony Sinisuka Ginting, dan Gregoria Mariska Tunjung masing-masing.
Di atas kertas, karena mereka semua bermain di peringkat bawah, mereka bisa diharapkan untuk menang. Namun peringkat dunia sepertinya tidak diperhitungkan kali ini.
Pasangan peringkat satu dunia Fajar dan Ryan menderita kekalahan mengejutkan 21-18, 21-19 dari pemain China Taipei Lee Yang dan Wang Chi-lin dalam pertarungan selama 48 menit. Tak lama kemudian, peringkat 2 dunia Anthony kalah dua game berturut-turut – 21-13, 21-17 – dari peringkat 8 dunia Li Shi-feng dari Tiongkok. Petenis peringkat 7 dunia Gregoria menyelesaikan kemenangan dengan kekalahan 21-10, 21-19 dari peringkat 21 dunia Aya Ohori dari Jepang.
Anthony, peraih medali perunggu di Olimpiade Tokyo 2020, telah mengalahkan Li dalam tiga pertemuan sebelumnya, tetapi hari Kamis membuat pemain Tiongkok itu lebih percaya diri. Li tetap tenang sepanjang pertandingan dan mengamankan kemenangan timpang.
Masing-masing dari tiga pertandingan tersebut berlangsung antara 46 dan 54 menit, yang dianggap sebagai periode yang panjang dan menguras energi bagi bulutangkis. Seandainya Indonesia mampu memaksakan permainan karet, ceritanya mungkin akan berubah.
Saat ditanya kekalahannya, mereka mengaku merasakan tekanan akibat tingginya peringkat dunia.
Di babak grup, Indonesia bernasib lebih buruk. Baik tim putra maupun putri tersingkir lebih awal pada pekan lalu. Tim putri kalah dari China 3-0 dan tim putra kalah dari Korea Selatan 3-1.
Pada Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, tuan rumah Indonesia mengoleksi dua medali emas, dua perak, dan empat perunggu di cabang bulutangkis saja. Medali emas diraih Jonathan Christie di tunggal putra dan Marcus Bernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di ganda putra. Sementara pada kategori beregu, putra meraih perak dan putri meraih perunggu.
Kekecewaan Asian Games tahun ini tentu bukan akhir dunia bagi Indonesia. Para shuttler mengincar ajang multiolahraga paling bergengsi di dunia, Olimpiade. Namun kekalahan di Asian Games harus ditanggapi serius karena pebulutangkis Indonesia mungkin akan menghadapi rival yang sama di Paris tahun depan.
Menjelang Olimpiade, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (BBSI) harus membantu memulihkan kepercayaan diri tim nasional daripada saling menyalahkan. Sisi positifnya, penampilan kurang memuaskan di Asian Games memberi banyak pelajaran bagi mereka.
Kami berharap tim Bulu Tangkis segera pulih dan kembali kuat.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters