Oleh Stefano Suleiman
JAKARTA (Reuters) – Sertifikat baru yang akan diperkenalkan oleh Bank Indonesia bulan depan diharapkan menawarkan imbal hasil yang “lebih menarik” bagi investor asing, kata seorang pejabat pada hari Senin, membantu menjaga likuiditas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pekan lalu, bank sentral mengumumkan akan mengadakan lelang Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dua kali seminggu, dengan menggunakan obligasi pemerintah sebagai aset dasar, mulai tanggal 15 September.
Instrumen tersebut dirancang untuk menarik arus masuk modal dan kelebihan likuiditas rupiah di pasar keuangan domestik pada saat transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit.
Para analis mengatakan keberhasilan SRBI akan bergantung pada keuntungan yang mereka tawarkan. Pada hari Senin, Kepala Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Edi Susianto memberikan beberapa rincian penting.
BI akan melelang sertifikat bertenor 6, 9, dan 12 bulan setiap hari Rabu dan Jumat, dan akan menawarkan imbal hasil serupa dengan tingkat pembelian kembali obligasi pemerintah (RR), kata Edi dalam konferensi pers.
Pada lelang terakhir tanggal 18 Agustus, BI menjual kontrak RR bertenor 6, 9, dan 12 bulan dengan imbal hasil masing-masing 6,31208%, 6,39517%, dan 6,41884%.
“Kami menilai suku bunga ini sangat menarik,” kata Eddy. “Tentu saja kami berpendapat Indonesia dipandang lebih positif sebagai tujuan investasi.”
Dia menolak memberikan panduan berapa banyak bank sentral akan menjual SRBI, namun mengatakan likuiditas dalam negeri “tidak terlalu ketat” namun akan mendukung pertumbuhan ekonomi.
SRBI akan menggantikan “Operation Twist” BI di pasar obligasi, dimana bank sentral menjual obligasi pemerintah jangka pendeknya dan berjanji untuk membeli obligasi jangka panjang setiap kali imbal hasil naik. BI juga akan menghentikan penerbitan RR obligasi pemerintah dengan tenor serupa.
Nantinya, SRPI bisa diperluas jangka waktunya menjadi lebih pendek dari satu minggu dan frekuensi lelang juga bisa ditingkatkan, kata Eddy.
“Dampak pengaruh SRBI akan bergantung pada keuntungan yang dihasilkan, namun BI melihatnya sebagai alat baru untuk membantu mengelola ITR di tengah volatilitas pasar,” tulis ekonom BofA Global Research dalam sebuah catatan, menyoroti perdagangan Indonesia. Surplus menyusut dan transaksi berjalan kembali mengalami defisit kecil.
Handy Yunianto, Head of Fixed Income Mandiri Securities, mengatakan lelang SRBI merupakan salah satu alternatif bagi investor seiring pemerintah mengurangi penjualan obligasi.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters