November 23, 2024

Bejagadget

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta Beja Gadget, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta yang diperbarui.

Intervensi Jokowi dalam pemilihan presiden Indonesia menimbulkan masalah politik tetapi bukan masalah hukum

Intervensi Jokowi dalam pemilihan presiden Indonesia menimbulkan masalah politik tetapi bukan masalah hukum

Pernyataan Jokowi di masa lalu

Analis berspekulasi, sebelum Jokowi terang-terangan mengaku ikut campur dalam pilkada, presiden beberapa kali berkomentar dan mengadakan pertemuan dengan berbagai tokoh politik.

Itu juga termasuk pertemuan dengan Ketua PDI-P Megawati Soekarnoputri, Airlanka Hartardo dari Golkar dan presiden. Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkipli Hasan dan lainnya.

Dia telah membuat pernyataan sejak tahun lalu tentang pilihannya untuk presiden berikutnya.

November lalu, Jokowi mengatakan presiden terbaik akan beruban. Banyak yang mengartikan ini sebagai tanda dukungan presiden terhadap Pak Pranovo, sebagai gubernur Jawa Tengah yang sudah beruban.

Pada kesempatan lain, di bulan November, Jokowi mengatakan 2024 akan menjadi tahunnya Pak Prabowo. Pensiunan jenderal angkatan darat itu dua kali mengikuti pemilihan presiden pada 2014 dan 2019 Tapi dia kalah dua kali dari Jokowi.

Jokowi juga menemani Bapak Pranovo dan Bapak Subianto ke sawah di Jawa Tengah pada bulan Maret, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai tanda dukungannya terhadap mereka.

Presiden sejauh ini tidak memberikan indikasi mendukung Baswedan.

Pada tanggal 2 Mei, Jokowi bertemu dengan para pemimpin dari enam partai politik yang saat ini berada di pemerintahan untuk mempertanyakan apakah mereka sedang menyusun strategi untuk pemilu yang akan datang.

Namun, Jokowi menepis kekhawatiran tentang intervensi tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka akan mengadakan debat pada 5 Mei.

“Saya tidak ikut campur. Soal capres dan cawapres, itu soal partai atau koalisi partai, sudah saya sampaikan berkali-kali,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta.

Kendati demikian, pada 29 Mei lalu, dalam wawancara dengan beberapa pemimpin redaksi media lokal, Jokowi mengaku ingin mengintervensi.

“Intervensi untuk negara, untuk kepentingan nasional. Saya memutuskan untuk campur tangan dalam arti positif. Mengapa saya tidak bisa? Tidak bisakah saya berpolitik? Tidak ada konstitusi yang dilanggar. Untuk negara ini, saya bisa mengintervensi,” katanya.

READ  Pulau tetangga Bali memimpin dalam mempromosikan 'Indonesia Luar Biasa' dengan acara MotoGP