(20 Agustus): Indonesia, negara yang kaya sumber daya tetapi salah satu pengimpor gandum dan gula terkemuka di dunia, meningkatkan produksi tanaman pokok karena pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina mengekspos risiko pada rantai pasokan makanannya.
Sebagai produsen minyak sawit terbesar, negara Asia Tenggara ini berusaha meningkatkan produksi sorgum, sagu, dan singkong sebagai alternatif pengganti jagung dan gandum. Langkah ini didorong oleh kekurangan tenaga kerja global, biaya energi dan invasi Rusia ke Ukraina, yang telah mendorong harga pangan global ke rekor.
Ketahanan pangan adalah prioritas utama bagi Presiden Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi, yang akan menjadi tuan rumah KTT Kelompok 20 pada bulan November. Tahun ini, Indonesia menghadapi kenaikan harga minyak pangan dan tekanan inflasi, mendorong pemerintah untuk sementara melarang ekspor minyak sawit dalam salah satu tindakan proteksionisme pangan terbesar secara global sejak pecahnya perang di Ukraina.
Berikut cara Indonesia ingin meningkatkan produksi pertanian:
Gandum
Indonesia, pengimpor gandum terbesar kedua di dunia, telah merasakan dampak perang Rusia di Ukraina, yang telah menghentikan pasokan gandum dari wilayah yang memberi makan miliaran orang dalam bentuk roti, pasta, dan makanan kemasan.
Indonesia mendorong produksi jagung, sagu, dan singkong yang lebih tinggi, sebuah langkah yang dilakukan karena negara tersebut menghadapi larangan ekspor yang berkepanjangan dari beberapa negara produsen. Jokowi telah menginstruksikan Kabinet untuk menyiapkan peta jalan untuk memperluas area tanam setidaknya 300% pada tahun 2024.
Negara ini terutama bergantung pada gandum impor dari Australia, Ukraina, Kanada, Argentina, dan Amerika Serikat untuk memproduksi mi instan, yang memainkan peran penting dalam pola makan Indonesia. Tepung sorgum memiliki tekstur dan kepadatan yang sebanding dengan tepung terigu.
Jagung
Indonesia, yang mengimpor kurang dari 1% dari perdagangan jagung dunia, berencana untuk berhenti membeli dari luar negeri dalam tiga tahun. Impor jagung telah turun tajam menjadi 800.000 ton dari 3,5 juta ton tujuh tahun lalu.
Indonesia menggunakan jagung sebagai pakan ternak, terutama untuk sektor perunggasannya. Selain membatasi impor, negara itu berencana membangun cadangan negara untuk membantu menstabilkan harga jagung.
Beras
Beras adalah makanan pokok di Indonesia, dan negara ini telah lama mendorong swasembada untuk memastikan pasokan dan harga yang stabil bagi 270 juta penduduknya.
Karena stok beras yang tinggi, negara itu tidak mengimpor beras selama tiga tahun terakhir. Perusahaan makanan milik negara Pulak bertujuan untuk mengekspor beras ke negara tetangga seperti Timor-Leste. Jokowi mengatakan negara harus waspada dan mencari varietas padi baru yang berdaya hasil tinggi.
Yang lain
Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk pasokan gula, kedelai, daging sapi, dan bawang putih. Pemerintah fokus menyalurkan pupuk bersubsidi untuk sembilan tanaman pangan seperti beras, jagung, kedelai, tebu, cabai, bawang merah, dan bawang putih. Ini turun dari 70 tanaman di bawah kebijakan sebelumnya, karena pemerintah mengatakan ada kebutuhan untuk melindungi produksi tanaman pokok.
“Pakar TV. Penulis. Gamer ekstrem. Spesialis web yang sangat menawan. Pelajar. Penggemar kopi jahat.”
More Stories
Merayakan Tujuh Tahun Pemuda: The Lab: Membangun Ekosistem Kewirausahaan Pemuda di Indonesia
Mengapa Jalan Indonesia Menuju Net Zero Perlu Tindakan Segera di COP29 – Duta Besar
Gaganjeet Fuller bersiap menghadapi tekanan untuk mempertahankan gelar Indonesia Masters